Seiring dengan perjalanan panjangnya, geopark Kaldera Toba yang merupakan hasil dari peritiwa letusan Gunung Toba pada akhirnya turut membentuk suatu budaya yang tertatan secara alamiah dan turun temurun. Budaya yang dihasilkan merupakan budaya yang dihasilkan oleh manusia modern dimasa lalu dan budaya masa lalu yang ditatan oleh manusia sebelumnya sebagai manusia prasejarah.
1. Geoarea Kaldera Porsea
a. Geoarea Balige
Parmalim
Menurut pemaparan (Horsting, 1914; Tichelman, 1937; Helbing, 1935) bahwa parmalim merupakan suatu budaya dan agama yang dibawa oleh datu yang bernama Guru Somaliang yang bermarga Pardede.Guru Somaliang Pardede ini mempunyai hubungan yang erat dengan Sisingamangaraja XII.
Mereka para penganut kepercayaan Parmalim ini meyakini bahwa 'debata mula jadi nabolon' adalah Tuhan yang telah menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya yang harus selalu disembah. Bagi umat parmalim terdapat dua ritual besar yang diperingati setiap tahunnya. Parningotan Hatutubu ni Tuhan atau Sipaha Sada merupakan peringatan yang diselenggarakan di awal tahun baru dalam perhitungan kalender batak yang biasanya jatuh pada awal maret. Peringatan lainya adalah Pemeleon Bolon atau disebut juga dengan Sipaha Lima. Peringatan Sipaha Lima biasanya diadakan pada bulan Juni atau Juli yang dalam perhitungan kalender batak merupakan bulan kelima. Tujuannya adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang telah mereka dapatkan sekaligus juga sebagai kesempatan bersedekah yang hasilnya digunakan untuk warga yang memang benar-benar membutuhkan.
Upacara Keagamaan Parmalim di Kaldera Rim Balige Sumber |
Penganut Parmalim Larut Dalam Upacara Sipaha Lima Sumber |
Dalam pelaksanaan ritual kepercayaan parmalim ini, mereka menggunakan rumah ibadah yang dinamakan Bale Parsaktian yang terdapat sebanyak 4 (empat) buah di Kabupaten Samosir: dua terdapat di Kecamatan, satu di Kecamatan Palipi dan satu berada di Kecamatan Tomok. Uniknya dalam ritual parmalim ini duduk antara perempuan dan laki-laki dipisahkan, tidak bercampur. Para penganut parmalim ini tidak memakan daging babi, daging anjing maupun darah.
Legenda Batu Basiha
Legenda ini merupakan cerita rakyat yang hidup di desa Aek Bolon Kecamatan Balige. Konon ceritanya Batu Basiha adalah seperangkat kayu bahan bangunan yang akan digunakan untuk mendirikan satu rumah ada batak. Namun tiba-tiba kayu tersebut disambar oleh petir sehingga berubah menjadi batu.
Batu Basiha Sumber |
Tortor Sipitu Cawan
Tortor sipitu cawan merupakan salah satu tortor batak / batak dance yang telah terkenal diseantero nusantara. Bahkan tarian ini sudah terdengar dan terkenal secara mendunia. Tortor ini memperlihatkan ragam makna yang dilukiskan dalam keindahan gerak tariannya. Berdasarkan legenda yang ada dan berkembang di masyarakat batak, tortor sipitu cawan ini konon bermula dari adanya mimpi raja batak yang merupakan keturunan Guru Tatea Bulan yang berdiam di Pusuk Buhit. Dalam mimpinya dia melihat bahwa pusuk buhit sebagai tempat keturunan raja batak pertama akan runtuh. Kemudian sang raja menceritakan mimpinya kepada para pengawal setianya dan ahli nujum kerajaan. Menurut sang ahli nujum harus diadakan pembersihan desa dari pengaruh buruk. Maka selanjutnya sang raja memerintahkan diadakan pembersihan desa secara ritual melalui tortor yang dilaksanakan oleh tujuh gadis yang masing-masing penari membawakan 7 (tujuh) cawan berisi air jeruk purut.
Secara eksotis, tarian/tortor sipitu cawan ini memiliki tingkat kerumitan yang cukup tinggi, sehingga tortor ini hanya digelar pada upacara-upacara tertentu saja seperti pada saat pengukuhan seorang raja.
Tortor Sipitu Cawan Sumber |
Tortor batak diiringi oleh alat musik tradisional batak yang sudah terkenal yang menghasilkan nada yang harmonis yang indah untuk di nikmati. Tagading atau biasa disebut juga tatagading (single headed braced drum) adalah alah musik gendang tradisional batak yang terdiri dari enam buah gendang yang menghasilkan nada yang berbeda-beda. Alat musik tagading ini dimainkan oleh dua orang dengan menggunakan stik pemukul.
Gendang yang besar ukurannya atau biasa disebut gordang oleh masyarakat batak berfungsi sebagai instrumen ritmikal. Sedangkan gendang lainnya yang berjumlah lima buah berfungsi sebagai instrumen melodik. Untuk memperindah nada yang dihasilkan tagading ini juga diiringin alat musik tradisional batak lainnya seperti sarune (dobule reeds oboe), empat buah ogung (suspended gongs) yang terdiri dari ogung oloan, ogung ihutan, ogung panggora dan ogung doal serta sebuah hesek (idiophone). Tagading merupakan salah satu kebudayaan dan kekayaan budaya batak sebagai drum yang memiliki melodi. Jenis drum yang memiliki melodi hanya terdapat di tiga negara, yakni Myanmar, Uganda dan Indonesia dengan tagading batak.
Jenis Alat Musik Tradisional Batak (Tagading) Sumber |
b. Geoarea Parapat (Kabupaten Simalungun)
Batu gantung yang terletak di Parapat Danau Toba ini merupakan salah satu objek wisata yang selalu ditawarkan kepada wisatawan yang berkunjung ke Parapat. Batu gantung ini terletak salah satu dinding sekitar Danau Toba yang cukup curam dan terjang. Namun batu gantung ini dapat dilihat dan dinikmati dengan menyisiri pinggiran Danau Toba menggunakan boat yang tersedia. Tentu saja dengan membayar biaya perjalanan yang cukup terjangkau.
Menurut cerita rakyat yang berkembang di sana, alkisah batu gantung ini merupakan jelmaan seorang wanita batak toba yang sedang dirundung kegalauan antara menuruti kata hatinya atau menuruti kehendak kedua orang tua sebagai baktinya. Konon sang wanita ini yang telah memiliki seorang kekasih hati, tiba-tiba dijodohkan kedua orangtuanya kepada seorang lelaki yang masih sepupunya. Di tengah kebimbangannya ini lantas sang wanita tersebut pergi ke pinggiran danau toba berusaha untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Sebelum hal itu terjadi, secara tiba-tiba dan disadari, sang wanita ini justru terperosok ke dalam sebuah lubang batu yang sangat gelap sekali. Kemudian sang wanita tersebut berteriak sembari mengucapkan 'parapat...parapat batu...parapat'. Tiba-tiba batu tersebut bergerak dan merapat. Akhirnya bagian bawah batu itu berpatahan dan berjatuhan ke dalam Danau Toba, sementara batu yang dipercaya masyarakat toba merupakan jelmaan sang wanita menggantung sehingga terkenal dengan sebutan batu gantung.
Menurut cerita rakyat yang berkembang di sana, alkisah batu gantung ini merupakan jelmaan seorang wanita batak toba yang sedang dirundung kegalauan antara menuruti kata hatinya atau menuruti kehendak kedua orang tua sebagai baktinya. Konon sang wanita ini yang telah memiliki seorang kekasih hati, tiba-tiba dijodohkan kedua orangtuanya kepada seorang lelaki yang masih sepupunya. Di tengah kebimbangannya ini lantas sang wanita tersebut pergi ke pinggiran danau toba berusaha untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Sebelum hal itu terjadi, secara tiba-tiba dan disadari, sang wanita ini justru terperosok ke dalam sebuah lubang batu yang sangat gelap sekali. Kemudian sang wanita tersebut berteriak sembari mengucapkan 'parapat...parapat batu...parapat'. Tiba-tiba batu tersebut bergerak dan merapat. Akhirnya bagian bawah batu itu berpatahan dan berjatuhan ke dalam Danau Toba, sementara batu yang dipercaya masyarakat toba merupakan jelmaan sang wanita menggantung sehingga terkenal dengan sebutan batu gantung.
Batu Gantung Parapat - Danau Toba Sumber |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar