a. Geoarea Muara, Kabupaten Tapanuli Utara
Masyarakat batak terkenal dengan salah satu perangkat busana adatnya yang dinamakan dengan kain ulos atau biasa disebut dengan ulos. Ulos sendiri memiliki arti sebagai kain dan secara turun temurun dibuat dan dilestarikan oleh masyarakat batak. Ulos batak terdiri dari beberapa warna seperti hitam, putih dan merah serta kombinasinya. Masing-masing ulos dengan warna ciri khasnya memiliki makna dan arti tersendiri. Meskipun di zaman yang modern ini pembuatan ulos sudah banyak yang menggunakan mesin, namun di Muara masih dapat dijumpai pengrajin ulos batak yang proses pembuatannya secara tradisional dengan sistem pewarnaan yang masih menggunakan bahan baku alami yang didapat dari alam sekitar.
Selain itu, di geoarea Sibandang ini juga terkenal buah mangganya. Biasanya sekali dalam setahun, antara bulan november dan desember diadakan pesta mangga di Pulau Sibandang, karena dibulan tersebut merupakan musim panen buah mangga, sejenis mangga udang yang terkenal dengan buahnya yang ranum dan manis. Tak heran jika Pulau Sibandangi ini disebut sebagai pulau mangga, karena rata-rata penduduk di pulau ini memiliki kebun mangga masing-masing.
Selain itu, di geoarea Sibandang ini juga terkenal buah mangganya. Biasanya sekali dalam setahun, antara bulan november dan desember diadakan pesta mangga di Pulau Sibandang, karena dibulan tersebut merupakan musim panen buah mangga, sejenis mangga udang yang terkenal dengan buahnya yang ranum dan manis. Tak heran jika Pulau Sibandangi ini disebut sebagai pulau mangga, karena rata-rata penduduk di pulau ini memiliki kebun mangga masing-masing.
Ulos Batak Sumber |
Pewarnaan Ulos di Muara Yang Masih Menggunakan Bahan Alami Sumber |
b. Geoarea Bakkara, Kabupaten Humbang Hasundutan
Batu hundul-hundulan
Di desa Sinambela Kecamatan Bakti Raja Kabupaten Humbang Hasundutan terdapat sebuah batu yang dikenal dengan sebutan batu hundul-hundulan yang konon menurut riwayat dari masyarakat batak dipercaya pernah digunakan oleh Raja Sisingamangaraja sebagai tempat duduknya sewaktu beristirahat. Menurut beberapa tulisan ada yang menduga bahwa Raja Sisingamangaraja ini beragama Islam. Beberapa bukti yang mendekati kebenaran ini seperti, salah satu pengawal daripada Raja Sisingamangaraja XII adalah seorang muslim yang berasal dari Kerajaan Aceh yang sampai akhir hayatnya tetap berada di tanah batak mendampingin Raja Sisingamangaraja XII. Kemudian juga perawakan Raja Sisingamangaraja XII yang memelihara jenggot sebagaimana kaum muslimin pada umumnya. Raja Sisingamangaraja XII juga tidak memakan makanan yang diharamkan dalam Islam. Dan apabilan kita perhatikan, bahwa perlawanan yang dilakukan pahlawan terdahulu terhadap belanda dilakukan oleh umat islam secara umum, sebab ini merupakan bentuk perlawanan terhadap kaum kafir yang ingin menjajah di tanah air kita ini. Pangeran Antasari, Tuanku Imam Bonjol, Pattimura dan lain sebagainya merupakan pejuang Islam yang menentang penjajajahan. Untuk hal ini silahkan kita mencari kilas baliknya dan merenungkannya.
Marpangir (Aek Sipangolu)
Aek Sipangolu adalah air yang keluar dari rekahan pada tuff toba terlaskan yang membentuk air terjun. Dari segi bahasa, aek sipangolu ini bermakna sebagai air kehidupan atau air yang menghidupkan.
Menurut cerita rakyat, aek sipangolu ini berasal dari kesaktian Raja Sisingamangaraja, dimana Raja Sisingamangaraja selalu berkunjung ke rumah namborunya di Panduaman Baktiraja dengan menunggangi seekor kuda yang bernama Gajah Putih. Suatu hari saat Raja Sisingamangaraja dalam perjalanan dari rumah namborunya, ditengah perjalanan beliau merasakan haus. Sementara sumber air tidak ada dan air Danau Toba berada jauh. Kemudian Raja Sisingamangaraja menancapkan tongkatnya ke batu cadas dan keluar air yang memancar dari sela-sela batu cadas tersebut. Air tersebut langsung diminum dengan mulut Raja Sisingamangaraja sehingga air dinamakan juga dengan aek bibir. Mata air yang berada di puncak bukit ini terus mengalir menjadi sebuah sungai kecil yang bermuara sampai ke Danau Toba.
Aek Sipangolu ini terletak di Desa Simangulampe Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan. Air ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kusta dan penyakit kulit lainnya. Karena khasiat aek bibir ini yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit maka berubahlah namanya menjadi aek sipangolu.
Batu hundul-hundulan
Di desa Sinambela Kecamatan Bakti Raja Kabupaten Humbang Hasundutan terdapat sebuah batu yang dikenal dengan sebutan batu hundul-hundulan yang konon menurut riwayat dari masyarakat batak dipercaya pernah digunakan oleh Raja Sisingamangaraja sebagai tempat duduknya sewaktu beristirahat. Menurut beberapa tulisan ada yang menduga bahwa Raja Sisingamangaraja ini beragama Islam. Beberapa bukti yang mendekati kebenaran ini seperti, salah satu pengawal daripada Raja Sisingamangaraja XII adalah seorang muslim yang berasal dari Kerajaan Aceh yang sampai akhir hayatnya tetap berada di tanah batak mendampingin Raja Sisingamangaraja XII. Kemudian juga perawakan Raja Sisingamangaraja XII yang memelihara jenggot sebagaimana kaum muslimin pada umumnya. Raja Sisingamangaraja XII juga tidak memakan makanan yang diharamkan dalam Islam. Dan apabilan kita perhatikan, bahwa perlawanan yang dilakukan pahlawan terdahulu terhadap belanda dilakukan oleh umat islam secara umum, sebab ini merupakan bentuk perlawanan terhadap kaum kafir yang ingin menjajah di tanah air kita ini. Pangeran Antasari, Tuanku Imam Bonjol, Pattimura dan lain sebagainya merupakan pejuang Islam yang menentang penjajajahan. Untuk hal ini silahkan kita mencari kilas baliknya dan merenungkannya.
Marpangir (Aek Sipangolu)
Aek Sipangolu adalah air yang keluar dari rekahan pada tuff toba terlaskan yang membentuk air terjun. Dari segi bahasa, aek sipangolu ini bermakna sebagai air kehidupan atau air yang menghidupkan.
Aek Sipangolu Sumber |
Menurut cerita rakyat, aek sipangolu ini berasal dari kesaktian Raja Sisingamangaraja, dimana Raja Sisingamangaraja selalu berkunjung ke rumah namborunya di Panduaman Baktiraja dengan menunggangi seekor kuda yang bernama Gajah Putih. Suatu hari saat Raja Sisingamangaraja dalam perjalanan dari rumah namborunya, ditengah perjalanan beliau merasakan haus. Sementara sumber air tidak ada dan air Danau Toba berada jauh. Kemudian Raja Sisingamangaraja menancapkan tongkatnya ke batu cadas dan keluar air yang memancar dari sela-sela batu cadas tersebut. Air tersebut langsung diminum dengan mulut Raja Sisingamangaraja sehingga air dinamakan juga dengan aek bibir. Mata air yang berada di puncak bukit ini terus mengalir menjadi sebuah sungai kecil yang bermuara sampai ke Danau Toba.
Aek Sipangolu ini terletak di Desa Simangulampe Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan. Air ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kusta dan penyakit kulit lainnya. Karena khasiat aek bibir ini yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit maka berubahlah namanya menjadi aek sipangolu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar