Senin, 24 Agustus 2015

Kaldera Toba - Warisan Dunia dengan Danau Kaldera Terbesar


Geopark yang dengan pengertian lain disebut sebagai Taman Geologi, merupakan suatu konsep yang diperkenalkan oleh salah satu lembaga PBB yang kita kenal dengan nama UNESCO pada tahun 2004. Geopark ini dibuat dengan tujuan untuk melindungi suatu kawasan lindung berskala nasional dengan kekayaan warisan geologi yang memiliki suatu yang unik atau khas dan memiliki nilai estetika yang dapat dikembangkan dalam konsep manajemen kawasan yang padu dan serasi (terintegrasi) antara geo area dengan flora dan fauna serta budaya yang akan dikelola dengan tiga pilar utama, yaitu konservasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat lokal. Hal ini juga merupakan model dan instrumen di dalam konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Berdasarkan definisi geopark tersebut, kita teringat pada Danau Toba di Sumatera Utara yang merupakan satu dari sekian banyaknya warisan dunia yang sarat dengan berbagai keindahan serta kandungan lokal yang terdapat didalamnya. Tahun 2011 nama geopark diusulkan dengan nama Geopark Toba, namun mengingat yang bernilai warisan dunia adalah peninggalan dari letusan super volcano Toba yang berdampak global berupa terbentuknya Danau Toba, yang tiada lain adalah suatu Kaldera Kuarter terbesar di dunia, maka pada tahun 2013 diusulkan geopark tersebut dengan nama Geopark Kaldera Toba dan ditetapkan dengan terbentuknya Tim Percepatan Pengajuan Geopark Kaldera Toba menjadi anggota dalam Global Geoparks Networking (GGN) UNESCO, yang dituangkan dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44/404/KPTS/2013 tanggal 26 Juni 2013. Geopark Kaldera Toba mengusung Tema Gunung api (Supervolcano) dengan keunikan sebagai kaldera Volcano-Tectonic-Quarter terbesar di dunia. Kawasan ini mencakup 7 (tujuh) kabupaten yang mempunyai pantai di Danau Toba yang dibatasi oleh kaldera rim, terdiri dari Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Simalungun. Geopark Kaldera Toba telah dikukuhkan sebagai Georpak Nasional pada tanggal 7 Oktober 2013 dan telah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 27 Maret 2014.

Geo Area Kaldera Toba
Ada suatu harapan dibalik penantian bergabungnya Geopark Kaldera Toba yang merupakan warisan dunia menjadi anggota Global Geoparks Networking (GGN) UNESCO tentu akan memberikan dampak yang sangat positif yang akan menjadikan Geopark Kaldera Toba sebagai destinasi pariwisata internasional. Hal ini tentu akan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar Danau Toba dan tentu saja juga meningkatkan perekonomian Nasional. Sebab  program Global Geoparks Networking bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah suatu kawasan bertaraf internasional, menciptakan lapangan pekerjaan serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan Kaldera Geopark Toba yang selain kaya akan situs geologi, juga kaya akan keanekaragaman hayati, situs megalithikum dan budaya masyarakat lokal yang mempunyai nilai jual tinggi sebagai daya tarik Geopark Kaldera Toba.

1. Situs Geologi    
Aek Sipangolu - Bakkara
Dampak letusan hebat dari kaldera toba ternyata menghasilkan berbagai macam situs geologi yang terbentuk dalam proses alami pasca letusan hebantya. Setidaknya 45 geosite (situs geologi) yang akan dikonservasi telah dipilih untuk diajukan ke UNESCO dalam rangka pengajuan status Geopark Kaldera Toba masuk dalam Global Geoparks Networking (GGN). Geosite tersebut tesebar di Samosir, Haranggaol, Tongging, Bakkara, Sianjur Mula-Mula, Pusuk Buhit, Aek Sipangolu, Batu Gantung, Batu Bahisa, Air Terjun Sipiso-Piso dan lainnya.

2. Situs Keanekaragaman Hayati
anggrek batak

Dari sisi botanicalnya, banyak terdapat jenis flora yang tumbuh dan berkembang disekitar kaldera toba. Hal ini merupakan anugerah yang dihasilkan, dimana flora yang tumbuh merupakan flora yang bertahan dan menyesuaikan dengan keadaan lingkungannya. Dan diantara sekian banyak keragaman hayati yang ada di Geopark Kaldera Toba  diantaranya terdapat di Kebun Raya Samosir, Botanical Garden Taman Eden dan Monkey Forest Sibaganding yang dikelola dan menjadi perhatian pemerintah daerah setempat.

3. Situs Budaya 
Rumah Adat Batak Toba

Pasca kejadian letusan gunung kaldera yang cukup dahsyat dan melegenda tersebut telah melahirkan peradaban baru bagi kehidupan manusia setelahnya. Manusia yang ada dan menempati situs kaldera ini bertahan hidup dan membentuk suatu budaya sebagai manusia yang bersosial dan tidak bisa hidup secara individual. Budaya yang terdapat di Kawasan Geopark Kaldera Toba mencakup budaya masa kini dengan mencirikan aktifitas yang dihasilkan oleh manusia modern dan budaya masa lalu yang ditinggalkan oleh manusia prasejarah. Terbentuknya marga dan silsilah masyarakat batak, ulos yang dihasilkan dalam kelengkapan pakaian dan adat, tarian, rumah adat dan peninggalan megalithikum merupakan beberapa budaya yang dapat kita jumpai di Kawasan Geopark Kaldera Toba.

Kita semua berharap semoga Geopark Kaldera Toba segera terwujud demi kemajuan kawasan serta masyarakat lokal yang berdiam didalamnya serta kelestarian warisan dunia yang harus terjaga untuk keberlangsungan kehidupan generasi penerus di masa yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar