Erupsi Kaldera Toba pada 74.000 tahun yang lalu merupakan erupsi
kaldera terbesar sejak 2 juta tahun belakangan, meninggalkan jejak berupa danau
vulkanik terbesar di dunia dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer. Erupsi ini dikenal sebagai supervolcano yang mempunyai intensitas
letusan mencapai 8,8 VEI (Volcanic
Explosivity Index), menyemburkan sekitar 2.800 km3 magma,
merupakan erupsi gunung api yang terbesar selama periode Kuater (sejak 2 juta
tahun yang lalu).
Produksi erupsi supervolcano
Toba menutupi sebagian besar wilayah Sumatera Utara, dan endapan abu letusannya
menyelimuti sebagian besar Asia Tenggara, termasuk anak benua India. Abu halus
dan aerosol asam sulfat hasil erupsi ini tertahan untuk beberapa tahun di
atmosfer (stratosfer), menghalangi radiasi sinar matahari ke bumi, sehingga
mempengaruhi iklim pada belahan bumi tertentu dalam kurun waktu terbatas,
dimana dampaknya sangat berpengaruh pada kehidupan floran dan fauna secara
global.
Mengacu pada kajian dan penelitian tentang Kaldera
Toba, sebaran dan identifikasi singakapan batuan, situs-situs geologi Kaldera
Toba dikelompokkan menjadi 4 (empat) Geoarea
dengan mempertimbangkan kondisi geografisnya, yaitu Kaldera Porsea, Kaldera
Haranggaol, Kaldera Sibandang dan Geoarea
Pulau Samosir.
1. Geoarea Kaldera Porsea
Daerah ini merupakan bagian dari jejak pembentukan Kaldera Toba
generasi pertama (900.000 tahun yang lalu) yang mencakup kawasan seluas 1.220
km2 yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Toba Samosir dan
Tapanuli Utara.
Di dalam kawasan ini terdapat situs-situs geologi
yang berkaitan dengan jejak proses runtuhan Kaldera Porsea, yang ditandai oleh
terdapatnya batuan dasar, baik yang berumur Paleozoik
(meta-sedimen ‘pebbly mud-stone’, yang berada di komplek Taman Eden) maupun
Mesozoikum (batu gamping, yang berada
di Sibaganding), dan produk erupsi kaldera (OTT dan YTT) serta struktur geologi
yang berhubungan dengan kaldera runtuhan (blok Uluan, dan lain-lain).
Panorama bentang alam satuan batu gamping formasi
Sibaganding yang berumur Mesozoik, terletak di tepi timur Danau Toba tepatnya
pada ruas jalan lintas Parapat – Medan, tersusun oleh batu gamping packstone, glokonitik grainstone, perselingan batu lumpur –
batu pasir dan konglomerat (kiri), dan karstifikasi dari batu gamping yang
teramati dari arah Danau Toba yang dikenal sebagai ‘batu gantung’.
a. Sibaganding Mesozoic Limestone
a. Sibaganding Mesozoic Limestone
Batu gamping Sibaganding merupakan bagian dari satuan batuan formasi Sibaganding yang mempunyai kisaran umur dari Kapur (Mesozoikum).
Panorama Bentang Alam Satuan Batugamping |
Karstifikasi Batugamping, Batu Gantung |
b. Oldest Tuff Toba (OTT)
Batuan Tufa
Toba Tertua (OTT) yang tersingkap di kawasan Pertamina Cottage adalah batuan
ignimbrite yang terbalaskan, yang merupakan produk dari erupsi Kaldera Porsea. Satuan
batuan ini dijumpai di sekitar semenanjung Uluan dan pada lereng-lereng terjal
pada tepi Danau Toba. Batuan Tufa Termuda (YTT) terdapat menyelimuti seluruh
ketinggian terutam pada plateu
dinding kalderea, sedangkan pada bagian dalam kaldera tidak dijumpai endapan
YTT kecuali di kawasan blok Uluan.
c. Batu Basiha
Batu Basiha merupakan batuan andesit hasil pendinginan magma yang mengalir pada saat terjadinya letusan Kaldera Toba dan membeku di permukaan membentuk lava kolom. Dalam pengusulan Georpark Kaldera Toba ke UNESCO batu Basiha ini turut dijadikan sebagai bukti sejarah terjadinya letusan Kaldera Toba.
Endapan Tuff Toba Terlaskan |
c. Batu Basiha
Batu Basiha merupakan batuan andesit hasil pendinginan magma yang mengalir pada saat terjadinya letusan Kaldera Toba dan membeku di permukaan membentuk lava kolom. Dalam pengusulan Georpark Kaldera Toba ke UNESCO batu Basiha ini turut dijadikan sebagai bukti sejarah terjadinya letusan Kaldera Toba.
Singkapan Batuan Dasar Meta Sedimen yang Tersingkap pada Tebing Air Terjun (Taman Eden) |
Panorama Balige |