Senin, 07 September 2015

Keragaman Budaya Geopark Kaldera Toba (2)

2.  Geoarea Kaldera Haranggaol

a.  Geoarea Tongging, Kabupaten Karo

Kehidupan masyarakat karo memiliki tatanan yang padu serasi sejak dahulu yang dikenal dengan sebutan 'Merga Silima'. Namun di daerah Tongging, berkumpul dan hidup bersama masyarakat dengan suku budaya yang terbilang heterogen yang terdiri dari suku karo, simalungun, batak toba dan pakpak / dairi. Meskipun tatanan masyarakat di daerah Tongging ini didiami beberapa suku sebagaimana telah dijalesakan tadi, kehidupan bermasyarakat di daerah Tongging terbilang  cukup indah dan harmonis. Mereka memaduselaraskan masing-masing budaya menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi dengan menghargai masing-masing perbedaan yang ada. Sehingga tidaklah mengherankan jika dalam acara budaya pesta menggunakan tortor sementara dalam budaya perkawinan mereka menggunakan budaya adat karo. Keindahan panorama yang disajikan di Geoarea Tongging ini seakan melengkapi keharmonisan kehidupan masyarakatnya dan menambah kesejukan sejauh pandangan mata memandang. Ditambah lagi dengan keindahan air terjun sipisopiso yang sudah cukup terkenal, seakan turut memberikan kesejukan dengan pancaran airnya yang jernih.


Panorama Tongging
Sumber


Air Terjun Sipisopiso
Sumber


Wanita Karo Menari dengan Pakaian Adatnya
Sumber


b.  Geoarea Haranggaol, Kabupaten Simalungun

Pesta Rondang Bintang atau pesta panen merupakan suatu budaya yang berlaku di suku simalungun yang berada di daera Haranggaol. Budaya ini merupakan bentuk manifestasi perwujudan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan panen yang didapatkan. 


c.  Geoarea Silalahi, Kabupaten Dairi

Batu Sigadap

Di kawasan geoarea Silalahi ini terdapat batu pengadilan atau yang biasa disebut dengan batu sigadap. Batu ini terdiri dari dua buah batu, dimana salah satu batunya berada dengan posisi rebah di tanah. Batu inilah yang disebut dengan nama batu sigadap. Sedangkan batu yang satunya berada dengan posisi berdiri / vertikal, disebut juga dengan batu sijonjong. Batu ini berdimensi  panjang 50 centimeter dengan diameter sekitar 15 centimeter.


Batu Sigadap
Sumber

Pada zaman dahulu kala, batu ini merupakan  mahkamah pengadilan yang digunakan oleh Raja Silahi Sabungan dalam mengadili suatu perkara yang terjadi dimasyarakat. Ketika terjadi pertikaian dalam kepemilikan tanah antara orang yang mengaku memiliki tanah padahal pemilik sebelumnya masih ada, maka pihak yang bertikai tersebut dibawa ke batu ini dan siapa yang benar akan terbukti. Mereka yang bertikai kemudian diminta untuk bersumpah dan mengatakan hal yang sebenarnya. Bagi siapa yang berdusta maka kebenaran akan muncul, sebab yang berbohong akan jatuh (gadap) dan meninggal dunia. Sedangkan bagi yang benar dia akan tetap berdiri (jonjong) dan tidak terjadi apa-apa padanya. Batu ini terletak di daerah Sidabariba Toruan Desa Silalahi I.
Batu ini dipercayai masyarakat sekitar sebagai batu keramat yang memiliki kekuatan mistik. Apabila terjadi suatu perselisihan dan mereka ingin membuktikan siapa yang benar, maka orang yang berselisih tadi dibawa ke batu sigadap ini. Seseorang yang berani meletakkan sirih di kedua batu ini dan ingin mengetahui kebenaran atas perselihan yang mereka perselisihkan, maka apabila dia benar akan selamat seperti batu yang berdiri, namun apabilan dia bersalah akan gadap alias mati.


Aek Sipaulak Hosa

Aek dalam bahasa batak mengandung arti sebagai air. Air merupakan sumber utama kehidupan makhluk yang ada di dunia ini. Tanpa adanya air maka makhluk hidup yang ada akan sulit untuk berjuang dan bertahan hidup. Dari segi bahasa, aek sipaulak hosa mengandung makna sebagai air pelepas dahaga.


Aek Sipaulak Hosa
Sumber

Lokasi Aek Sipaulak Hosa ini berada di perbukitan desa Silalahi. Menurut cerita rakyat yang berkembang (dalam bahasa batak: turi-turian), aek sipaulak hosa ini bermula dari adanya permohonan yang disampaikan oleh raja silahisabungan kepada debata mula jadi nabolon (Tuhan) karena sang istri raja yang bernama Pinggan Matio boru Padangbatanghari merasakan haus serta letih yang sangat melelahkan sembari menancapkan tongkatnya ke batu. Seketika air memancar dan langsung diminum oleh istri sang raja. Setelah meminum air tersebut, istri sang raja berkata 'mulak do hape hosa loja' yang artinya rasa haus dan letih telah hilang. Sejak itulah air tersebut dinamakan sebagai aek sipaulak hosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar