Rabu, 02 September 2015

Kearifan Lokal dan Mitigasi Bencana

Letusan gunung api raksasa itu akhirnya membawa berkah. Keindahan alam, air yang melimpah, hasil ikan Danau Toba dan adanya mata air panas mengundang wisatawan lokal dan mancanegara. Itu semua berarti tambahan penghasilan bagi penduduk dan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Samosir.

Fenomena Gunung Pusuk Buhit juga menarik perhatian berbagai disiplin ilmu, Geologi Lingkungan, Vulkanologi atau Antroplogi. Dari sudut pandang geologi lingkungan, Pusuk Buhit dianggap sebagai situs cagar alam geologi yang menggambarkan Danau Toba dibentuk oleh aktivitas Tektonik dan Vulkanisme di masa lalu dan dapat dijadikan objek Geowisata.


Pusuk Buhit
Sumber

Dari segi kegunung apian, Pusuk Buhit adalah gunung api yang memiliki kawah, tetapi tidak diketahui waktu letusannya di masa lalu. Gunung api tipe B ini dapat meletus seperti Sinabung, meskipun kemungkinannya sangat kecil. Pakar antropologi menyebutkan bahwa, Pusuk Buhit disakralkan masyarakat bayak yang memiliki hubungan mitologis bernuansa sejarah.

Pada lereng Pusuk Buhit, barisan rumah penduduk melingkari gunung. Didepannya terdapat lapangan luas dan tidak becek dan juga tidak berdebu. Kondisi lingkungan yang disebut huta ini pada umumnya berorientsasi ke arah Pusuk Buhit, namun ada beberapa yang berorientasi ke bukit terdekat. Menurut Sitor Situmorangm huta merupakan tempat kediaman yang selalu  berada di lereng bukit atau gunung dan tidak dipergunakan sebagai persawahan. Hal tersebut dihubungkan dengan konsep Pusuk Buhit sebagai kiblatnya orang batak. Karena kawasan tersebut merupakan tempat keramat berbagai upacara.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada beberapa lokasi, umumnya penempatan lokasi permukiman berada di dasar lembah pada lereng bagian atas punggungnya bukit yang merupakan bahan rombakan (longosran lama) yang cukup stabil. Tentunya tempat seperti itu dari sudut pandang hidrogeologi  banyak mengandung sumber air tanah dangkal maupun mata air yang dibutuhkan permukiman. Sementara jalan-jalan antara huta dibuat dengan memangkas bagian lereng bukitnya dan batas-batas juga berfungsi sebagai benteng tanah dari huta.

Keberadaan benteng batu kemungkinan juga dihubungkan dengan faktor keamanan dari serangan musuh dan binatang buas. Benteng huta itu juga dihubungkan dengan kepercayaan sebagai tembok magis pedangkal pengaruh buruk dari luar yang dapat mengganggu huta, baik wabah penyakit maupun roh-roh jahat. Selain itu, benteng huta dihubungkan dengan kepercayaan bahwa leluhur harus ditempatkan pada tempat yang berada di atas supaya dapat terus melihat dan membimbing anak dan cucunya.

Kearifan lokal yang dikembangkan masyarakat batak di kawasan Danau Toba secara tidak langsung telah memperhatikan kaidah-kaidah geologi lingkungan yang berkaitan dengan potensi sumber daya dan bahaya geologi yang ada. Misalnya cara pemilihan lokasi dan pengolahan lahan yang dapat diartikan sebagai upaya agar masyarakat tidak mengganggu areal persawahan yang berada di dasar lembah yang mengelilingi huta. Contoh lainnya, memindahkan material buatan pada lokasi pilihan dan menyusulnya menjadi benteng huta untuk menjaga huta dari pengaruh cuaca yang berubah-ubah terutama angin.

Huta sebagai permukiman tradisional Batak Toba merupakan hasil adaptasi lingkungan masyarakat di sana untuk menjawab tantangan alam. Namun keadaan tersebut lambat laun tergerus pengaruh luar yang tidak sesuai tatanana tradisional atau kearifan lokal mereka.

Padahal pemahaman terhadap mitigasi bencana dapat direalisasikan dengan mengintegrasikan pola mitigasi tradisional dan modern menjadi satu kesatuan memberikan dampak ketaatan masyarakat secara spiritual maupun konseptual. Masyarakat akan memiliki kewaspadaan yang tinggi dalam menghadapi kemungkinan datangnya bencana, tanpa mengurangi rasa aman dan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari.

Begitu pula keadaan sumber air panas harus memberikan manfaat ekonomi setempat melalui tambang wisata. Apabila saat ini kawasan Pusuk Buhit banyak menarik minat wisatawan domestik maupun internasional. Dalam hal itu, pengelolaan lingkungannya harus dapat memberikan kenyamanan bagi wisatawan dan keuntungan bagi masyarakat setempat. Dengan gambaran di atas, Gunung Pusuk Buhit jelas memiliki nilai warisan geologi (geologi heristage) yang terintegrasi dengan warisan budaya (cultural heritage). Itu artinya, masyarakat di kawasan Pusuk Buhit sudah sejak lama membina hubungan harmonis dengan segala potensi alam disana. Hubungan itu dibakukan dalam berbagai ekspresi baik sebagai sistem soaial, budaya, seni maupun spiritualitasnya. Semua itu dilakukan agar harmonis dengan alam semesta.

Dengan semua fenomena yang dimilikinya, kawasan Pusuk Buhit layak dikonservasi, artinya pemanfaatan ruang dapat dilakukan secara terbatas dan bijak untuk kelangsungan hidup manusia sekitarnya. Oleh karena itu, pengembangan ideal untuk kawasan Pusuk Buhit adalah pengembangan taman bumi Kaldera Toba.

(Sumber: Oki Oktariadi, Majalah Geomagz volume 2 nomor 4, Desember 2012)

1 komentar: