Senin, 05 Oktober 2015

GGN UNESCO Menolak Danau Tobs

Berita penolakan Global Geopark Nerwork (GGN) UNESO terhadap usulan Kaldera Toba menjadi bagian dari jaringan taman dunia yang telah diusulkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tentu mengecewakan banyak pihak. Seperti kita ketahuhi bersama, banyak pihak yang sebelumnya tentu merasa yakin dan berharap agar usulan Kaldera Toba ini dapat diterima menjadi anggota dari GGN UNESCO, sehingga kedepannya Danau Toba ini akan menjadi lebih baik dalam perkembangannya dengan tetap melestarikan sumber daya alam sebagai peninggalan dari letusan hebat Gunung Toba. 
Namun penolakan ini bukanlah merupakan suatu ketetapan yang kaku,  sebab Danau Toba yang kita cintai ini masih dapat diusulkan kembali ke GGN tahun depan.

Penolakan ini tentu menyisakan pertanyaan oleh masyarakat Sumatera Utara pada umumnya, sebab Asesor GGN telah datang dan memverifikasi data-data tentang Kaldera Toba  termasuk pengelolaan Danau Toba serta melihat aspirasi masyarakat terhadap Geopark Kaldera Toba ini menjadi jaringan taman dunia. Apakah penolakan ini disebabkan Kaldera Toba tidak layak atau tidak pantas mejadi bagian dari taman bumi, ataukah data yang disampaikan berbeda dengan eksisting yang ada di lapangan? 

Menurut Dr. Ir. Kimberly Febrina Kodrat, MS, M.Kes., MT perlu dipertanyakan kembali apakah Geopark Kaldera Toba sebagai warisan geologi sudah benar-benar dilindungi pemerintah (protected area) sebagaimana dipersyaratkan GGN UNESCO? Apakah hutan di kawasan tangkapan air Danau Toba semakin baik atau semakin rusak? Apakah lahan kritis semakin berkurang atau justru sebaliknya? Apakah perairan Danau Toba semakin bersih atau semakin tercemar oleh limbah domestik, limbah ternak dan limbah keramba ikan? Apakah nilai estetika keindahan perairan Danau Toba dapat dipertahankan dengan meningkatnya populasi eceng gondok di perairan Danau Toba? Pertanyaan seputar hal ini menjadi tanya tanya besar setelah Danau Toba ditolak GGN UNESCO pasca penilaian yang dilakukan oleh Asesor GGN.

Secara administratif Danau Toba dilingkupi oleh 7 wilayah kabupaten yang mengelilinginya. Tentu keberadaan ini menjadi modal yang sangat penting dalam mengembangkan Danau Toba. Ironisnya ke 7 kabupaten yang mengelilingi Danau Toba ini dalam pengelolaannya selama ini belum terintegrasi dengan baik sehingga sinergitas pembangunan Danau Toba terkesan stagnan.

Masih menurut Kimberly, untuk mengatasi hal ini diperlukan 4 solusi dasar dalam Pengelolaan dan Pelestarian Danau Toba, yakni:
  1. Program pengelolaan bersifat bottom-up
  2. Program pengelolaan dalam bentuk Otorita
  3. Program pengelolaan fokus pada pengembangan pariwisata
  4. Program pengelolaan selaras dengan nilai-nilai sosial budaya masyarakat lokal
Program pengelolaan dan pelestarian Danau Toba selama ini umumnya masih bersifat Top Down sehingga masyarakat tidak merasakan dampak yang signifikan terhadap program tersebut. Salah satu upaya dalam rangka peningkatan partisipasi  aktif masyarakat sekitar kawasan Danau Toba  adalah pendekatan program Bottom Up, dimana masyarakat terlibat langsung mulai dari perencanaan program, implementasi dan pengawasannya.

Dengan sistem otorita, maka pengelolaan Danau Toba akan lebih efektif dalam implementasi program dan lebih efisien dalam soal pembiayaan, sebab program yang tumpang tindih dapat direduksi. Selain itu juga lebih menjamin pelaksanaan program secara terpadu dan berkelanjutan (sustainable and integrated programs) sebagaimana yang disyaratkan oleh jaringan taman dunia GGN.

Dan pengembangan program juga harus selaras dengan nilai-nilai budaya lokal. Budaya masyarakat lokal yang sudah ada selama ini tentunya harus tetap dipertahankan sebagai bagian warisan dunia yang terbentuk sebagaiman kaldera geopark toba yang menjadi situs warisan geologi (geological heritage sites). Sebab budaya masyarakat lokal yang ada sekarang ini pasti dipengaruhi oleh proses dan geomorfologi kaldera geopark toba yang berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan alam untuk mempertahankan hidupnya.

Kepada semua pihak marilah kita melakukan pembenahan secara menyuruh dan mendasar dan menyuusun rencana strategis dengan rencana aksi dan nyata agar Danau Toba diterima menjadi anggota jaringan taman dunia.








Minggu, 13 September 2015

Keragaman Budaya Geopark Kaldera Toba (4)

4.  Geoarea Updoming Samosir


Mitos Siboru Deak Parujar

Bagi masyarakat batak mitos siboru deak parujar sudah tidak asing terdengar. Mitos ini menceritakan dari mana asal muasal  bangsa batak. Mitos Siboru Deak Parujar merupakan syair menceritakan bahwa Siboru Deak Parujar tak lain adalah putri Batara Guru yang merupakan salah satu aspek Mulajadi Nabolon, sebagai Trimurti. Siboru Deak Parujar itu dilangit dikenal sebagai ahli tenun yang baik yang memiliki gelar Sipartonun Nautusan (maha ahli tenun). Seiring berjalannya waktu, Siboru Deak Parujar beranjak dewasa menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Sang Batara Guru mempunyai niat untuk mencalonkan Siboru Deak Parujar menjadi istri putera Mangalabulan yang tidak lain juga merupakan aspek lain dari Trimurti. Melihat putra Mangalabulan yang buruk rupa dan menjijikkan, maka Siboru Deak Parujar menolak keinginan sang Batara Guru. Inilah penolakan atau pembangkangan yang terjadi pertama kalinya yang dilakukan seorang anak kepada sang Bapak di bangsa batak. Karena Siboru Deak Parujar merasa tidak sanggup untuk memenuhi permintaan sang Bapak, maka ia pun memutuskan untuk keluar dari langit dan turun ke bumi.


Rumah Adat Batak
Sumber


Kisah ini dapat dilihat dan dibaca di Pustaha Batak atau Kitab Bangsa Batak yang menceritakan bagaimana asal muasal lahirnya dan terbentuknya bangsa batak. Namun menurut analisa penulis sendiri, ini hanyalah cerita fiktif yang juga banyak berkembang dan terjadi di suku lainnya di nusantara bahkan di dunia. Bagi kita umat yang beragama Islam, telah kita ketahui bersama bahwa manusia pertama yang diturunkan ke bumi adalah Nabi Adam a.s yang akhirnya bertemu dengan istrinya Siti Hawa karena mereka diusir dari surga Allah swt sebagai hukuman dari ketidakpatuhanya. Keturunan Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa kemudian berkembang dan menyebar mengisi seluruh bumi sampai pada akhirnya seperti sekarang ini.



Pusuk Buhit

Pusuk buhit merupakan pemisah dan penyambung antara zaman manusia langit (pardiginjang) atau keturunan Siboru Deak Parujar dengan zaman hajolmaon (kemanusiaan) keturunan si Raja Batak yang membentuk Sianjur Mulamula sebagai paguyuban pertama. Silsilah menceritakan bahwa dalam suatu upacara keagamaan Mulajadi Nabolon turun di Pusuk Buhit lalu menyerahkan dua pustaka (buku kulit kayu). Pustaha pertama disebut Pustaha Agong berisi pedoman kerohanian, kebatinan dan hadatuon (ilmu pengobatan dan magik). Pustaha kedua berisi ajaran tentang pemerintahan.


Situs Makam Raja Sidabutar di Tomok

Salah satu makam tua yang ada di Tomok adalah makam Raja Ompu Tolu Sidabutar yang telah mempersiapkan makamnya semasa hidupnya. Raja Sidabutar memanggila tukang pahat yang ada di Pulau Samosir dan pembuatan makam ini dimulai dengan upacara khusus. Pembuatan makam ini selanjutnya dilaksanakan dengan petunjuk dari Raja Sidabutar. Di komplek makam ini dapat kita lihat makam raja dan permaisurinya, boru damanik.


Makam Raja Sidabutar
Sumber

Di makam diukir simbol raja dan permaisurinya serta panglima raja. Ukiran kepala yang besar menyimbolkan Raja Sidabutar, sedangkan ukiran kepala yang diujun satunya merupakan simbol dari permasuri raja, boru damanik. Ukiran lelaki yang duduk di bawah ukiran kepala raja adalah panglima Guru Saung Lang Meraji. Menurut cerita, Raja Sidabutar adalah raja yang sakti, dimana kesaktiannya berhubungan dengan rambutnya yang panjang dan gimbal. Sedangkan panglima sang raja, Guru Saung Lang Meraji, berasal dari Pakpak Dairi dan ingin berguru kepada Raja Sidabutar.

Selain itu di komplek makam Raja Ompu Tolu Sidabutar terdapat patung-patung orang kecil yang diletakkan dalam formasi setengah lingkaran. Patung-patung tersebut menggambarkan bawahan raja dalam sebuah acara ritual untuk memanggil hujan dengan iringan musik gondang dengan mengorbankan seekor kerbau yang diletakkan di tengah-tengah formasi para bawahan raja. Sampai saat ini komplek makam Raja Ompu Tolu Sidabutar masih terawat dengan baik yang merupakan salah satu warisan dari zaman batu atau megalitikum yang pernah ada di geoarea up dorming Samosir.




Sabtu, 12 September 2015

Keragaman Budaya Geopark Kaldera Toba (3)

3.  Geoarea Kaldera Sibandang

a.  Geoarea Muara, Kabupaten Tapanuli Utara


Masyarakat batak terkenal dengan salah satu perangkat busana adatnya yang dinamakan dengan kain ulos atau biasa disebut dengan ulos. Ulos sendiri memiliki arti sebagai kain dan secara turun temurun dibuat dan dilestarikan oleh masyarakat batak. Ulos batak terdiri dari beberapa warna seperti hitam, putih dan merah serta kombinasinya. Masing-masing ulos dengan warna ciri khasnya memiliki makna dan arti tersendiri. Meskipun di zaman yang modern ini pembuatan ulos sudah banyak yang menggunakan mesin, namun di Muara masih dapat dijumpai pengrajin ulos batak yang proses pembuatannya secara tradisional dengan sistem pewarnaan yang masih menggunakan bahan baku alami yang didapat dari alam sekitar.

Selain itu, di geoarea  Sibandang ini juga terkenal buah mangganya. Biasanya sekali dalam setahun, antara bulan november dan desember diadakan pesta mangga di Pulau Sibandang, karena dibulan tersebut merupakan musim panen buah mangga, sejenis mangga udang yang terkenal dengan buahnya yang ranum dan manis. Tak heran jika Pulau Sibandangi ini disebut sebagai pulau mangga, karena rata-rata penduduk di pulau ini memiliki kebun mangga masing-masing.


Ulos Batak
Sumber

Pewarnaan Ulos di Muara Yang Masih Menggunakan Bahan Alami
Sumber

b.  Geoarea Bakkara, Kabupaten Humbang Hasundutan


Batu hundul-hundulan

Di desa Sinambela Kecamatan Bakti Raja Kabupaten Humbang Hasundutan terdapat sebuah batu yang dikenal dengan sebutan batu hundul-hundulan yang konon menurut riwayat dari masyarakat batak dipercaya pernah digunakan oleh Raja Sisingamangaraja sebagai tempat duduknya sewaktu beristirahat. Menurut beberapa tulisan ada yang menduga bahwa Raja Sisingamangaraja ini beragama Islam. Beberapa bukti yang mendekati kebenaran ini seperti, salah satu pengawal daripada Raja Sisingamangaraja XII adalah seorang muslim yang berasal dari Kerajaan Aceh yang sampai akhir hayatnya tetap berada di tanah batak mendampingin Raja Sisingamangaraja XII. Kemudian juga perawakan Raja Sisingamangaraja XII yang memelihara jenggot sebagaimana kaum muslimin pada umumnya. Raja Sisingamangaraja XII juga tidak memakan makanan yang diharamkan dalam Islam. Dan apabilan kita perhatikan, bahwa perlawanan yang dilakukan pahlawan terdahulu terhadap belanda dilakukan oleh umat islam secara umum, sebab ini merupakan bentuk perlawanan terhadap kaum kafir yang ingin menjajah di tanah air kita ini. Pangeran Antasari, Tuanku Imam Bonjol, Pattimura dan lain sebagainya merupakan pejuang Islam yang menentang penjajajahan. Untuk hal ini silahkan kita mencari kilas baliknya dan merenungkannya.


Marpangir (Aek Sipangolu)


Aek Sipangolu adalah air yang keluar dari rekahan pada tuff toba terlaskan yang membentuk air terjun. Dari segi bahasa, aek sipangolu ini bermakna sebagai air kehidupan atau  air yang menghidupkan.


Aek Sipangolu
Sumber


Menurut cerita rakyat, aek sipangolu ini berasal dari kesaktian Raja Sisingamangaraja, dimana Raja Sisingamangaraja selalu berkunjung ke rumah namborunya di Panduaman Baktiraja dengan menunggangi seekor kuda yang bernama Gajah Putih. Suatu hari saat Raja Sisingamangaraja dalam perjalanan dari rumah namborunya, ditengah perjalanan beliau merasakan haus. Sementara sumber air tidak ada dan air Danau Toba berada jauh. Kemudian Raja Sisingamangaraja menancapkan tongkatnya ke batu cadas dan keluar air yang memancar dari sela-sela batu cadas tersebut. Air tersebut langsung diminum dengan mulut Raja Sisingamangaraja sehingga air dinamakan juga dengan aek bibir. Mata air yang berada di puncak bukit ini terus mengalir menjadi sebuah sungai kecil yang bermuara sampai ke Danau Toba.

Aek Sipangolu ini terletak di Desa Simangulampe Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan. Air ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kusta dan penyakit kulit lainnya. Karena khasiat aek bibir ini yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit maka berubahlah namanya menjadi aek sipangolu.





Senin, 07 September 2015

Keragaman Budaya Geopark Kaldera Toba (2)

2.  Geoarea Kaldera Haranggaol

a.  Geoarea Tongging, Kabupaten Karo

Kehidupan masyarakat karo memiliki tatanan yang padu serasi sejak dahulu yang dikenal dengan sebutan 'Merga Silima'. Namun di daerah Tongging, berkumpul dan hidup bersama masyarakat dengan suku budaya yang terbilang heterogen yang terdiri dari suku karo, simalungun, batak toba dan pakpak / dairi. Meskipun tatanan masyarakat di daerah Tongging ini didiami beberapa suku sebagaimana telah dijalesakan tadi, kehidupan bermasyarakat di daerah Tongging terbilang  cukup indah dan harmonis. Mereka memaduselaraskan masing-masing budaya menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi dengan menghargai masing-masing perbedaan yang ada. Sehingga tidaklah mengherankan jika dalam acara budaya pesta menggunakan tortor sementara dalam budaya perkawinan mereka menggunakan budaya adat karo. Keindahan panorama yang disajikan di Geoarea Tongging ini seakan melengkapi keharmonisan kehidupan masyarakatnya dan menambah kesejukan sejauh pandangan mata memandang. Ditambah lagi dengan keindahan air terjun sipisopiso yang sudah cukup terkenal, seakan turut memberikan kesejukan dengan pancaran airnya yang jernih.


Panorama Tongging
Sumber


Air Terjun Sipisopiso
Sumber


Wanita Karo Menari dengan Pakaian Adatnya
Sumber


b.  Geoarea Haranggaol, Kabupaten Simalungun

Pesta Rondang Bintang atau pesta panen merupakan suatu budaya yang berlaku di suku simalungun yang berada di daera Haranggaol. Budaya ini merupakan bentuk manifestasi perwujudan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan panen yang didapatkan. 


c.  Geoarea Silalahi, Kabupaten Dairi

Batu Sigadap

Di kawasan geoarea Silalahi ini terdapat batu pengadilan atau yang biasa disebut dengan batu sigadap. Batu ini terdiri dari dua buah batu, dimana salah satu batunya berada dengan posisi rebah di tanah. Batu inilah yang disebut dengan nama batu sigadap. Sedangkan batu yang satunya berada dengan posisi berdiri / vertikal, disebut juga dengan batu sijonjong. Batu ini berdimensi  panjang 50 centimeter dengan diameter sekitar 15 centimeter.


Batu Sigadap
Sumber

Pada zaman dahulu kala, batu ini merupakan  mahkamah pengadilan yang digunakan oleh Raja Silahi Sabungan dalam mengadili suatu perkara yang terjadi dimasyarakat. Ketika terjadi pertikaian dalam kepemilikan tanah antara orang yang mengaku memiliki tanah padahal pemilik sebelumnya masih ada, maka pihak yang bertikai tersebut dibawa ke batu ini dan siapa yang benar akan terbukti. Mereka yang bertikai kemudian diminta untuk bersumpah dan mengatakan hal yang sebenarnya. Bagi siapa yang berdusta maka kebenaran akan muncul, sebab yang berbohong akan jatuh (gadap) dan meninggal dunia. Sedangkan bagi yang benar dia akan tetap berdiri (jonjong) dan tidak terjadi apa-apa padanya. Batu ini terletak di daerah Sidabariba Toruan Desa Silalahi I.
Batu ini dipercayai masyarakat sekitar sebagai batu keramat yang memiliki kekuatan mistik. Apabila terjadi suatu perselisihan dan mereka ingin membuktikan siapa yang benar, maka orang yang berselisih tadi dibawa ke batu sigadap ini. Seseorang yang berani meletakkan sirih di kedua batu ini dan ingin mengetahui kebenaran atas perselihan yang mereka perselisihkan, maka apabila dia benar akan selamat seperti batu yang berdiri, namun apabilan dia bersalah akan gadap alias mati.


Aek Sipaulak Hosa

Aek dalam bahasa batak mengandung arti sebagai air. Air merupakan sumber utama kehidupan makhluk yang ada di dunia ini. Tanpa adanya air maka makhluk hidup yang ada akan sulit untuk berjuang dan bertahan hidup. Dari segi bahasa, aek sipaulak hosa mengandung makna sebagai air pelepas dahaga.


Aek Sipaulak Hosa
Sumber

Lokasi Aek Sipaulak Hosa ini berada di perbukitan desa Silalahi. Menurut cerita rakyat yang berkembang (dalam bahasa batak: turi-turian), aek sipaulak hosa ini bermula dari adanya permohonan yang disampaikan oleh raja silahisabungan kepada debata mula jadi nabolon (Tuhan) karena sang istri raja yang bernama Pinggan Matio boru Padangbatanghari merasakan haus serta letih yang sangat melelahkan sembari menancapkan tongkatnya ke batu. Seketika air memancar dan langsung diminum oleh istri sang raja. Setelah meminum air tersebut, istri sang raja berkata 'mulak do hape hosa loja' yang artinya rasa haus dan letih telah hilang. Sejak itulah air tersebut dinamakan sebagai aek sipaulak hosa.

Minggu, 06 September 2015

Keragaman Budaya Geopark Kaldera Toba (1)

Seiring dengan perjalanan panjangnya, geopark Kaldera Toba yang merupakan hasil dari peritiwa letusan Gunung Toba pada akhirnya turut membentuk suatu budaya yang tertatan secara alamiah dan turun temurun. Budaya yang dihasilkan merupakan budaya yang dihasilkan oleh manusia modern dimasa lalu dan budaya masa lalu yang ditatan oleh manusia sebelumnya sebagai manusia prasejarah.

1. Geoarea Kaldera Porsea 

a. Geoarea Balige

Parmalim

Menurut pemaparan (Horsting, 1914; Tichelman, 1937; Helbing, 1935) bahwa parmalim merupakan suatu budaya dan agama yang dibawa oleh datu yang bernama Guru Somaliang yang bermarga Pardede.Guru Somaliang Pardede ini mempunyai hubungan yang erat dengan Sisingamangaraja XII. 

Mereka para penganut kepercayaan Parmalim ini meyakini bahwa 'debata mula jadi nabolon' adalah Tuhan yang telah menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya yang harus selalu disembah. Bagi umat parmalim terdapat dua ritual besar yang diperingati setiap tahunnya. Parningotan Hatutubu ni Tuhan atau Sipaha Sada merupakan peringatan yang diselenggarakan di awal tahun baru dalam perhitungan kalender batak yang biasanya jatuh pada awal maret. Peringatan lainya adalah Pemeleon Bolon atau disebut juga dengan Sipaha Lima. Peringatan Sipaha Lima biasanya diadakan pada bulan Juni atau Juli yang dalam perhitungan kalender batak merupakan bulan kelima. Tujuannya adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang telah mereka dapatkan sekaligus juga sebagai kesempatan bersedekah yang hasilnya digunakan untuk warga yang memang benar-benar membutuhkan. 


Upacara Keagamaan Parmalim di Kaldera Rim Balige
Sumber


Penganut Parmalim Larut Dalam Upacara Sipaha Lima
Sumber

Dalam pelaksanaan ritual kepercayaan parmalim ini, mereka menggunakan rumah ibadah yang dinamakan Bale Parsaktian yang terdapat sebanyak 4 (empat) buah di Kabupaten Samosir: dua terdapat di Kecamatan, satu di Kecamatan Palipi dan satu berada di Kecamatan Tomok. Uniknya dalam ritual parmalim ini duduk antara perempuan dan laki-laki dipisahkan, tidak bercampur. Para penganut parmalim ini tidak memakan daging babi, daging anjing maupun darah.


Legenda Batu Basiha

Legenda ini merupakan cerita rakyat yang hidup di desa Aek Bolon Kecamatan Balige. Konon ceritanya Batu Basiha adalah seperangkat kayu bahan bangunan yang akan digunakan untuk mendirikan satu rumah ada batak. Namun tiba-tiba kayu tersebut disambar oleh petir sehingga berubah menjadi batu.


Batu Basiha
Sumber

Tortor Sipitu Cawan

Tortor sipitu cawan merupakan salah satu tortor batak / batak dance yang telah terkenal diseantero nusantara. Bahkan tarian ini sudah terdengar dan terkenal secara mendunia. Tortor ini memperlihatkan ragam makna yang dilukiskan dalam keindahan gerak tariannya. Berdasarkan legenda yang ada dan berkembang di masyarakat batak, tortor sipitu cawan ini konon bermula dari adanya mimpi raja batak yang merupakan keturunan Guru Tatea Bulan yang berdiam di Pusuk Buhit. Dalam mimpinya dia melihat bahwa pusuk buhit sebagai tempat keturunan raja batak pertama akan runtuh. Kemudian sang raja menceritakan mimpinya kepada para pengawal setianya dan ahli nujum kerajaan. Menurut sang ahli nujum harus diadakan pembersihan desa dari pengaruh buruk. Maka selanjutnya sang raja memerintahkan diadakan pembersihan desa secara ritual melalui tortor yang dilaksanakan oleh tujuh gadis yang masing-masing penari membawakan 7 (tujuh) cawan berisi air jeruk purut. 
Secara eksotis, tarian/tortor sipitu cawan ini memiliki tingkat kerumitan yang cukup tinggi, sehingga tortor ini hanya digelar pada upacara-upacara tertentu saja seperti pada saat pengukuhan seorang raja.


Tortor Sipitu Cawan
Sumber

Tortor batak diiringi oleh alat musik tradisional batak yang sudah terkenal yang menghasilkan nada yang harmonis yang indah untuk di nikmati. Tagading atau biasa disebut juga tatagading (single headed braced drum) adalah alah musik gendang tradisional batak yang terdiri dari enam buah gendang yang menghasilkan nada yang berbeda-beda. Alat musik tagading ini dimainkan oleh dua orang dengan menggunakan stik pemukul.

Gendang yang besar ukurannya atau biasa disebut gordang oleh masyarakat batak berfungsi sebagai instrumen ritmikal. Sedangkan gendang lainnya yang berjumlah lima buah berfungsi sebagai instrumen melodik. Untuk memperindah nada yang dihasilkan tagading ini  juga diiringin alat musik tradisional batak lainnya seperti sarune (dobule reeds oboe), empat buah ogung (suspended gongs) yang terdiri dari ogung oloan, ogung ihutan, ogung panggora dan ogung doal serta sebuah hesek (idiophone). Tagading merupakan salah satu kebudayaan dan kekayaan budaya batak sebagai drum yang memiliki melodi. Jenis drum yang memiliki melodi hanya terdapat di tiga negara, yakni Myanmar, Uganda dan Indonesia dengan tagading batak.


Jenis Alat Musik Tradisional Batak (Tagading)
Sumber


b. Geoarea Parapat (Kabupaten Simalungun)

Batu gantung yang terletak di Parapat Danau Toba ini merupakan salah satu objek wisata yang selalu ditawarkan kepada wisatawan yang berkunjung ke Parapat. Batu gantung ini terletak salah satu dinding sekitar Danau Toba yang cukup curam dan terjang. Namun batu gantung ini dapat dilihat dan dinikmati dengan menyisiri pinggiran Danau Toba menggunakan boat yang tersedia. Tentu saja dengan membayar biaya perjalanan yang cukup terjangkau.

Menurut cerita rakyat yang berkembang di sana, alkisah batu gantung ini merupakan jelmaan seorang wanita batak toba yang sedang dirundung kegalauan antara menuruti kata hatinya atau menuruti kehendak kedua orang tua sebagai baktinya. Konon sang wanita ini yang telah memiliki seorang kekasih hati, tiba-tiba dijodohkan kedua orangtuanya kepada seorang lelaki yang masih sepupunya. Di tengah kebimbangannya ini lantas sang wanita tersebut pergi ke pinggiran danau toba berusaha untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Sebelum hal itu terjadi, secara tiba-tiba dan disadari, sang wanita ini justru terperosok ke dalam sebuah lubang batu yang sangat gelap sekali. Kemudian sang wanita tersebut berteriak sembari mengucapkan 'parapat...parapat batu...parapat'. Tiba-tiba batu tersebut bergerak dan merapat. Akhirnya bagian bawah batu itu berpatahan dan berjatuhan ke dalam Danau Toba, sementara batu yang dipercaya masyarakat toba merupakan jelmaan sang wanita menggantung sehingga terkenal dengan sebutan batu gantung.


Batu Gantung Parapat - Danau Toba
Sumber



Sabtu, 05 September 2015

Potensi Keragaman Hayati Kaldera Toba

Hal yang tak kalah menarik dari ekosistem Danau Toba adalah potensi keanekaragaman hayati daratan yang dimilikinya. Berbagai jenis tumbuhan terdapat di sekitar Danau Toba dan hanya bisa ditemukan di sana.
Sesuai dengan keragaman komponen hayati dan budaya yang terdapat di deliniasi kawasan, situs-situs non geologi di kawasan Geopark yang diusulkan terkelompok menjadi situs hayati dan situs budaya. Kali ini kita akan mencoba menelusuri situs keanekaragaman hayati yang terdapat di Geopark Kaldera Toba

1. Kebun Raya Samosir
Kebun Raya Samosir merupakan kebun raya daerah yang memiliki tujuan untuk mengkonservasi tumbuhan dataran tinggi sumatera khususnya Tapanuli. Kebun Raya Samosir ini berada di Desa Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Letak geografis Kebun Raya Samosir ini berada pada koordinat 2037'54" Lintang Utara dan 98052'07" Bujur Timur. Kebun Raya Samosir ini berada di ketinggian kurang lebih 1.000 meter di atas permukaan laut. Pada tahun 2008 dijumpai 75 jenis tumbuhan, dan dari 75 jenis tersebut, 4 jenis diantaranya merupakan jenis anggrek, 5 jenis tumbuhan paku dan 2 jenis tumbuhan liar.

Anggrek Batak
Sumber

Kebun Raya Samosir sendiri beberapa kali telah menemukan spesies spesies tanaman menarik seperti Cimbidiumhartinahianum (Anggrek Tien Suharto) yang dapat dijumpai di habitat alaminya di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir. Anggrek ini termasuk anggrek endemic yang langka karena hanya dapat dijumpai pada dataran tinggi di sumatera bagian utara di beberap titik saja.


2.  Rafflesiameijerii
Rafflesiameijerii atau biasa disebut bunga raflesia ini merupakan salah satu jenis raflesia yang ukurannya kecil. Rafflesiameijerii ditemukan pertaman kali di sicike-cike tahun 2005 dan berhasil diidentifikasi keberadaannya di Kabupaten Samosir pada tahun 2010. Accanthepepium scriptum, termasuk Orchidaceae (anggrek-anggrekan) ini merupakan temuan terakhir yang menjadi catatan baru / new record untuk pulau sumatera, karena anggrek jenis ini sebelumnya belum pernah ditemukan di Pulau Sumatera dan di Kabupaten Samosir. Keberadaan anggrek ini sudah berhasil ditemukan di Kecamatan Ronggu Nihuta.

Rafflesiameijerii
Sumber

Anggrek ini merupakan endemik sumatera yang sudah semakin sulit ditemukan, dalam 3 (tiga) tahun kegiatan eksplorasi baru satu kali ditemukan di tebing pinggiran danau toba.


Vanda Sumaterana
Sumber


3.  Botanical Garden Taman Eden
Sumatera Utara kini telah memiliki sebuah taman konservasi anggrek yang pertama yaitu berada di lokasi Taman Eden 100. Taman konservasi (penangkaran) anggrek khas Toba pertama ini diresmikan pada Sabtu, 14 Pebruari 2009. Tamana anggrek (Toba Orchid Park) seluas 1.000 meter persegi itu pada tahap pertama sudah mengumpulkan dan memamerkan 100 jenis anggrek hutan dari perbukitan Taman Eden 100 Kecamatan Lumban Julu. Koleksi itu diturunkan dari perbukitan dengan ketinggian antara 1.000 dan 2.000 meter di atas permukaan laut.


Toba Orchid
Sumber

Pada area Taman Eden 100 juga terdapat gua kelelawar yang dihuni oleh ribuan kelelawar. Taman Eden 100 memiliki flora yang sangat indah seperti jenis-jenis pohon, anggrek, nepenthes (kantong semar), dan banyak lagi tumbuhan asli, bahkan jenis anggrek yang masih langka di dunia ada di sini. Taman Eden 100 memiliki fauna yang sangat beragam jenis seperti burung, dan binatang-binatang lainnya, dan harimau sumatera juga ada di lokasi ini.


Kelinci Sumatera dalam Status Konservasi
Sumber

Harimau Sumatera
Sumber

4.  Monkey Forest Sibaganding
Lokasinya di desa Batu Lubang Sibaganding lintas Siantar - Parapat dekat tugu Marsuse, 40 kilometer dari Pematang Siantar. Luas area ini lebih kurang 50 hektare (hutan lindung Sibaganding). Habitat asli monyet-monyet ini berada di hutan lindung Sibatuloting, yang hingga kini masih terjaga. Pada tahun 1986, hewan mamalia ini masih terdapat tiga kelompok: kera, beruk dan siamang.


 Monyet di Penangkaran Sibaganding
Sumber

Seiring dengan menyempitnya lahan hutan, sekarang tinggal kera dan beruk saja. Hutan lindung Sibaganding hanya dihuni oleh monyet dan sesuai informasi dari pengelola dan pawang monyet (kera) ada 13 kelompok, yang satu kelompok berjumlah kurang lebih 100 ekor dan setiap kelompok terdiri dari 5 ekor babon (induk) atau sebagai pemimpin kelompok. Pawang akan memanggila monyet dengan alat tiup seperti terompet terbuat dari tanduk kerbau.


Pawang Monyet Meniup Tanduk Kerbau
Sumber

Jenis keragaman hayati lainnya yang ada di Kaldera Toba ini adalah Ikan Batak. Ikan Batak ini memiliki nama Neolissochilus thienemanni, tetapi sayang populasinya saat ini sangat jarang sekali ditemukan dan cukup langka. Jenis ikan ini biasanya hidup di sungai dengan arus deras, dangkal dengan air yang jernih.


Ikan Batak
Sumber

Selain itu yang tak kalah penting dan menjadi salah satu ciri khas hayati di Kaldera Toba adalah tanaman andaliman. Tanaman ini merupakan jenis rempah yang biasa digunakan masyarakat Batak mengolah makanan terutama dalam membuat arsik ikan mas maupun bumbu ayam panggang. Andaliman sangat pedas dan cukup membuat lidah bergetar. Andaliman ini juga dikenal dengan sebutan merica batak.


Andaliman
Sumber

Tentunya masih banyak keragaman hayati yang terdapat di Kaldera Toba ini sebagai sumber daya yang tersedia untuk dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan masyarakat yang berada di  Kaldera Toba dengan tetap memperhatikan dan menjaga kelestariannya.

Rabu, 02 September 2015

Kearifan Lokal dan Mitigasi Bencana

Letusan gunung api raksasa itu akhirnya membawa berkah. Keindahan alam, air yang melimpah, hasil ikan Danau Toba dan adanya mata air panas mengundang wisatawan lokal dan mancanegara. Itu semua berarti tambahan penghasilan bagi penduduk dan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Samosir.

Fenomena Gunung Pusuk Buhit juga menarik perhatian berbagai disiplin ilmu, Geologi Lingkungan, Vulkanologi atau Antroplogi. Dari sudut pandang geologi lingkungan, Pusuk Buhit dianggap sebagai situs cagar alam geologi yang menggambarkan Danau Toba dibentuk oleh aktivitas Tektonik dan Vulkanisme di masa lalu dan dapat dijadikan objek Geowisata.


Pusuk Buhit
Sumber

Dari segi kegunung apian, Pusuk Buhit adalah gunung api yang memiliki kawah, tetapi tidak diketahui waktu letusannya di masa lalu. Gunung api tipe B ini dapat meletus seperti Sinabung, meskipun kemungkinannya sangat kecil. Pakar antropologi menyebutkan bahwa, Pusuk Buhit disakralkan masyarakat bayak yang memiliki hubungan mitologis bernuansa sejarah.

Pada lereng Pusuk Buhit, barisan rumah penduduk melingkari gunung. Didepannya terdapat lapangan luas dan tidak becek dan juga tidak berdebu. Kondisi lingkungan yang disebut huta ini pada umumnya berorientsasi ke arah Pusuk Buhit, namun ada beberapa yang berorientasi ke bukit terdekat. Menurut Sitor Situmorangm huta merupakan tempat kediaman yang selalu  berada di lereng bukit atau gunung dan tidak dipergunakan sebagai persawahan. Hal tersebut dihubungkan dengan konsep Pusuk Buhit sebagai kiblatnya orang batak. Karena kawasan tersebut merupakan tempat keramat berbagai upacara.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada beberapa lokasi, umumnya penempatan lokasi permukiman berada di dasar lembah pada lereng bagian atas punggungnya bukit yang merupakan bahan rombakan (longosran lama) yang cukup stabil. Tentunya tempat seperti itu dari sudut pandang hidrogeologi  banyak mengandung sumber air tanah dangkal maupun mata air yang dibutuhkan permukiman. Sementara jalan-jalan antara huta dibuat dengan memangkas bagian lereng bukitnya dan batas-batas juga berfungsi sebagai benteng tanah dari huta.

Keberadaan benteng batu kemungkinan juga dihubungkan dengan faktor keamanan dari serangan musuh dan binatang buas. Benteng huta itu juga dihubungkan dengan kepercayaan sebagai tembok magis pedangkal pengaruh buruk dari luar yang dapat mengganggu huta, baik wabah penyakit maupun roh-roh jahat. Selain itu, benteng huta dihubungkan dengan kepercayaan bahwa leluhur harus ditempatkan pada tempat yang berada di atas supaya dapat terus melihat dan membimbing anak dan cucunya.

Kearifan lokal yang dikembangkan masyarakat batak di kawasan Danau Toba secara tidak langsung telah memperhatikan kaidah-kaidah geologi lingkungan yang berkaitan dengan potensi sumber daya dan bahaya geologi yang ada. Misalnya cara pemilihan lokasi dan pengolahan lahan yang dapat diartikan sebagai upaya agar masyarakat tidak mengganggu areal persawahan yang berada di dasar lembah yang mengelilingi huta. Contoh lainnya, memindahkan material buatan pada lokasi pilihan dan menyusulnya menjadi benteng huta untuk menjaga huta dari pengaruh cuaca yang berubah-ubah terutama angin.

Huta sebagai permukiman tradisional Batak Toba merupakan hasil adaptasi lingkungan masyarakat di sana untuk menjawab tantangan alam. Namun keadaan tersebut lambat laun tergerus pengaruh luar yang tidak sesuai tatanana tradisional atau kearifan lokal mereka.

Padahal pemahaman terhadap mitigasi bencana dapat direalisasikan dengan mengintegrasikan pola mitigasi tradisional dan modern menjadi satu kesatuan memberikan dampak ketaatan masyarakat secara spiritual maupun konseptual. Masyarakat akan memiliki kewaspadaan yang tinggi dalam menghadapi kemungkinan datangnya bencana, tanpa mengurangi rasa aman dan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari.

Begitu pula keadaan sumber air panas harus memberikan manfaat ekonomi setempat melalui tambang wisata. Apabila saat ini kawasan Pusuk Buhit banyak menarik minat wisatawan domestik maupun internasional. Dalam hal itu, pengelolaan lingkungannya harus dapat memberikan kenyamanan bagi wisatawan dan keuntungan bagi masyarakat setempat. Dengan gambaran di atas, Gunung Pusuk Buhit jelas memiliki nilai warisan geologi (geologi heristage) yang terintegrasi dengan warisan budaya (cultural heritage). Itu artinya, masyarakat di kawasan Pusuk Buhit sudah sejak lama membina hubungan harmonis dengan segala potensi alam disana. Hubungan itu dibakukan dalam berbagai ekspresi baik sebagai sistem soaial, budaya, seni maupun spiritualitasnya. Semua itu dilakukan agar harmonis dengan alam semesta.

Dengan semua fenomena yang dimilikinya, kawasan Pusuk Buhit layak dikonservasi, artinya pemanfaatan ruang dapat dilakukan secara terbatas dan bijak untuk kelangsungan hidup manusia sekitarnya. Oleh karena itu, pengembangan ideal untuk kawasan Pusuk Buhit adalah pengembangan taman bumi Kaldera Toba.

(Sumber: Oki Oktariadi, Majalah Geomagz volume 2 nomor 4, Desember 2012)

Situs Geologi Geopark Kaldera Toba (4)

4.  Geoarea "Resurgent Doming" Samosir

Geoarea Samosir merupakan bagian dari Kaldera Toba yang memperlihatkan sekuen geologi yang fenomenal terutama yang berkaitan dengan jejak-jejak terjadinya erupsi kaldera "supervolcano", terbentuknya Kaldera Toba, terbongkarnya batuan dasar dan proses terbentuknya Pulau Samosir dari pengangkatan dasar danau (Kaldera) Toba (Resurgent Doming), sampai dengan proses-proses geologi yang masih berlangsung hingga saat ini sebagai aktivitas vulkanik pasca - kaldera (ubahan hidrotermal).

Dinamika bumi kawasan ini terekam dengan baik melalui panorama bentang alam yang sangat indah dan langka (unik), singkapan-singkapan struktur geologi, stratigrafi dan juga variasi jenis batuan yang berkaitan dengan proses geo - vulkanologi tersebut di atas dapat teramati dengan baik dan jelas, sehingga pantas untuk dijadikan kawasan yang bernilai Warisan Geologi (Geoheritage). Daerah ini merupakan bagian dari jejak pembentukan Pulau Samosir dari dasar danau yang terjadi sejak 33.000 tahun yang lalu, mencakup kawasan seluas 1.481  km2  yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Toba Samosir.

Geoarea Samosir dapat dikelompokkan dalam sekuen-sekuen geo - vulkanologi produk erupsi kaldera super vulcano Toba, terbentuknya Kaldera Toba (collpasecaldera), batuan dasar gunung api Toba, terbentuknya Pulau Samosir dan proses geologi yang menyertainya.

Keterdapatan seri endapan sedimen danau dengan ketebalan hingga puluhan meter yang menempati hampir dua pertiga permukaan Pulau Samosir, mencirikan bahwa daerah ini sebelumnya merupakan dasar danau yang kemudian terangkat kepermukaan. Konsep geo-volkanologi fenomena ini dikenal sebagai manifestasi dari "resurgent doming", yaitu suatu pengangkatan dasar kawah atau kaldera sebagai akibat dari desakan magma dalam proses pencapaian kesetimbangan baru pasca erupsi. Endapan danau yang terdapat di Pulau Samosir umumnya tersusun oleh runtuhan atau rombakan batuan vulkanik yang berlapis baik, disertai oleh keterdapatan fragmen-fragmen batuan dasar yang terdiri dari batuan meta - sedimen, pluton dan vulkanik yang terbongkar akibat erupsi kaldera atau "super volcano" yang terjadi 74.000 tahun yang lalu.

Pada bagian-bagian tertentu dari susunan endapan ini, terutama yang berasosiasi dengan endapan abu vulkanik (tuff) yang sangat halus, dijumpai endapan yang mengandung fosil ganggang (diatom) dan kadang-kadang ditemukan juga fosil daun yang tersisip diantaranya, sebaran endapan mini cukup luas, sehingga dengan mudah dikenali, atau dikenal dengan sebutan "tanah diatom". Keterdapatan fosil ganggang dalam endapan yang cukup tebal (> 2 meter) seperti tersebut diatas, mengindikasikan bahwa kualitas lingkungan dan juga air yang terdapat dalam Danau Toba adalah sangat sesuai dengan pertumbuhan ganggang tersebut pada masa lalu.

Terdapat beberapa sekuen endapan danau yang dapat diikuti dengan baik, dengan urutan sebagai berikut: endapan runtuhan (debris), breksi volkanik dan konglomerat, ditutupi oleh pasir tufaan berlapis tipis (laminar) dan lumpur dengan tebal lebih dari 30 meter, lempung / tanah diatom, diatomit yang hampir murni 

a.  Panorama Danau Toba


Panorama Danau Toba yang Indah, Sebagai Jejak Peristiwa Letusan Supervolcano Toba Sebagai Kaldera Gunung Api
Sumber


Panorama Bentang Alam Kaldera Toba dari Panatapan Tele, Desa Turpuk, Limbong, Kecamatan Harian, Samosir
Sumber

Menara Pandang Panatapan Tele
Sumber

b.  Batu Lumpur Gondwana


Batu Lumpur Gondwana di Turpuk Limbong Kecamatan Sianjur Mula Yang Berumur 300 Juta Tahun
Sumber

c.  Kubah Lava Dasitik


Batu Hobon Yang Dilestarikan Berada di Kecamatan Sianjur Mula-mula, Samosir
Sumber


Panorama di Sekitar Batu Hodon di Kecamatan Sianjur Mula-mula, Samosir
Sumber


Panorama Bentang Alam Lembah Sihotang (Rura Sihotang), Samosir
Sumber

Situs Geologi Geopark Kaldera Toba (3)

3.  Geoarea Kaldera Sibandang

Daerah ini merupakan bagian dari jejak pembentukan Kaldera Toba generasi ketiga (74.000 tahun yang lalu) atau yang di kenal juga sebagai erupsi 'super volcano', mencakup kawasan seluas 497 km2 yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Pada Geoarea ini terdapat sekuen endapan Tuff Toba Termuda (YTT) mulai dari endapan abu final yang menyelimuti dataran tinggi (plateau) yang mengalami ubahan hidrotermal, endapan ignimbrite baik yang tidak terlaskan hingga yang terlaskan. Formasi batuan dasar yang terdiri dari batu pasir meta, batu gamping dan breksi Vulkanik Tersier yang jarang di jumpai di Kawasan Kaldera Toba.

Panorama bentang alam yang dapat di lihat dari beberapa tempat di kawasan ini memberi nuansa keindahan yang berbeda dari sudut pandang di tempat lain.

a.  Hasil Letusan Kaldera Sibandang

Panorama dari Panatapan Bakkara, Desa Siunong-unong Julu
Kecamatan Baktiraja - Kabupaten Humbahas

c.  Hasil Letusan Kaldera

Endapan Tuff Toba Terlaskan (OTT) Air Terjun Janji tersingkap
Sebagai Dinding di Tipang, Kecamatan Baktiraja, Humhanghasundutan

d.  Batu Gamping Mesozoik

Penampakan Batu Gamping Yang Terdapat di Permukaan, Tombak Sulu-sulu, Bakkara

Panorama Lahan Pertanian Sekitar Tombak Sulu-sulu, Bakkara.
Pemanfaatan Potensi Morfologi Dataran Sebagai Area yang Subur
dengan Potensi Air Permukaan Yang Baik Juga Air Tanahnya

e.  Hasil Letusan Kaldera Sibandang

Panorama Bentang Alam di Pandang dari Plateu Hasil Endapan Super Volcano Toba (74.000 tahun yang lalu) Berupa Tuff Toba (YTT), di Kecamatan Paranginan
Kabupaten Humbanghasundutan

f.  Kubah Lava Dasitik

Panorama Keindahan Pulau Sibandang
     Pulau Sibandang adalah manifestasi energi akhir dari letusan Supervolkani Toba Berupa Kubah Lava Dasitik


g.  Breksi Vulkanik

Panorama Bentang Ala, Geoarea Sibandang Segmen Muara Kaldera Toba
dari Plateu Tapian Nauli

Selasa, 01 September 2015

Situs Geologi Geopark Kaldera Toba (2)

2.   Geoarea Kaldera Haranggaol

Daerah ini merupakan bagian dari jejak pembentukan Kaldera Toba generasi kedua (450.000 tahun yang lalu), mencakup kawasan seluas 585,6 km2 yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Simalungun, Karo dan Dairi.

Pada geoarea ini tersingkap satuan endapan ignimbrit dari satuan Tuff Toba Menengah (MTT), Tuff Dasitik Haranggaol (HDT), dan Tuff TobaTermuda (YTT), sedangkan singkapan Tuff Toba Tertua tidak dijumpai. Beberapa kerucut vulkanik pasca erupsi kaldera terdapat di kawasan ini, antara lain Gunung Sipisopiso (Gunung Tanduk Banua) dan Gunung Singgalang. Bongkah batu apung berdiameter lebih dari 40 cm di jumpai di Kawasan Tiga Runggu dalam endapatan Tuff Toba Termuda (YTT).

Peta Geoarea di Kawasan Kaldera Toba

Panorama bentang alam yang dapat dilihat dari beberapa tempat di kawasan ini memberi nuansa keindahan yang berbeda dari sudut pandang di tempat lain.

a.    Endapan Tuff Toba Termuda (YTT)

Endapan YTT yang terdapat diTiga Runggu

b.    Lava Andesit Gunung Sipisopiso

Lava Andesit dengan Batuan Dasar yang terdiri dari endapan Tuff YTT

c.    Komplek Batuan Dasar Tongging Kodon-kodon

Air Terjun Sipiso-piso, Merupakan Jejak Sesar Normal
yang Merupakan Bagian dari Runtuhan Kaldera

Bentang Alam Kawasan Tongging yang Terbentuk dari Batu Lumpur Gondwana
yang Menjadi Dinding Kaldera pada Segmen Tongging Geoarea Haranggaol

d.   Endapan Tuff Toba Menengah (MTT) dapat dibedakan di lapangan dari Tuff Muda Toba            Terlaskan (YTT).

Dinding Kaldera yang Terdiri dari Sekuen Endapan YTT

e.   Haranggaol Dacitic Tuff (HDT)
Singkapan endapan HDT memiliki ciri khas karena bertekstur ’parataxitic’ yang terbentuk oleh batu apung yang memilih (bergaris-garis) berwarna putih dalam masa dasar tuff ab-abu. Tekstur ini dikenal sebagai parataxitic yang memanjang (kadang sampai 1 meter), berbentuk spindel, sedikit vesikuler, batu apung yang berkesan terseret (fiame). Singkapan satuan batuan HDT ini terdapat pada dinding kaldera dekat Haranggaol dan di antara Haranggaol – Tigaras dan juga di permukaan danau dekat Binangara, dengan ketebalan mencapai 100 meter dan memperlihatkan struktur tiang (columnar jointing). 

Batuan ini tersusun oleh phenocryst plagioklas, piroksen orto dan clinopyroxen, dengan kandungan SiO2 63 – 66%, menunjukkan bahwa HDT adalah bersusun andesit. Berdasarkan sebaran dan ketebalannya, Chesner dan Rose (1991) memperkirakan batuan ini memiliki kesetaraan (DRE) volume ± 35 km3. Mereka menafsirkan HDT sebagai produk erupsi kaldera dari sebuah gunung api – strato (strato volcano) andesitan, yang terjadi pada 1,2 Ma (fission – track, Nishimura dkk, 1977).

Satuan Batuan Tuff Dasitik Endapan HDT
yang Terlaskan di Haranggaol



Panorama Bentang Alam pada Ujung Utara Tepi Danau Toba di Kawasan Desa Tongging, Memperlihatkan Bongkah-bongkah Raksasa dari Batuan Dasar Berumur Mesozoikum - Paleozoikum yang Tersingkap Akibat Runtuhan Kaldera Pasca Erupsi YTT

f.   Paropo (Silalahi) Caldera Rim


Panorama Kawasan Silalahi