Berita penolakan Global Geopark Nerwork (GGN) UNESO terhadap usulan Kaldera Toba menjadi bagian dari jaringan taman dunia yang telah diusulkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tentu mengecewakan banyak pihak. Seperti kita ketahuhi bersama, banyak pihak yang sebelumnya tentu merasa yakin dan berharap agar usulan Kaldera Toba ini dapat diterima menjadi anggota dari GGN UNESCO, sehingga kedepannya Danau Toba ini akan menjadi lebih baik dalam perkembangannya dengan tetap melestarikan sumber daya alam sebagai peninggalan dari letusan hebat Gunung Toba.
Namun penolakan ini bukanlah merupakan suatu ketetapan yang kaku, sebab Danau Toba yang kita cintai ini masih dapat diusulkan kembali ke GGN tahun depan.
Penolakan ini tentu menyisakan pertanyaan oleh masyarakat Sumatera Utara pada umumnya, sebab Asesor GGN telah datang dan memverifikasi data-data tentang Kaldera Toba termasuk pengelolaan Danau Toba serta melihat aspirasi masyarakat terhadap Geopark Kaldera Toba ini menjadi jaringan taman dunia. Apakah penolakan ini disebabkan Kaldera Toba tidak layak atau tidak pantas mejadi bagian dari taman bumi, ataukah data yang disampaikan berbeda dengan eksisting yang ada di lapangan?
Menurut Dr. Ir. Kimberly Febrina Kodrat, MS, M.Kes., MT perlu dipertanyakan kembali apakah Geopark Kaldera Toba sebagai warisan geologi sudah benar-benar dilindungi pemerintah (protected area) sebagaimana dipersyaratkan GGN UNESCO? Apakah hutan di kawasan tangkapan air Danau Toba semakin baik atau semakin rusak? Apakah lahan kritis semakin berkurang atau justru sebaliknya? Apakah perairan Danau Toba semakin bersih atau semakin tercemar oleh limbah domestik, limbah ternak dan limbah keramba ikan? Apakah nilai estetika keindahan perairan Danau Toba dapat dipertahankan dengan meningkatnya populasi eceng gondok di perairan Danau Toba? Pertanyaan seputar hal ini menjadi tanya tanya besar setelah Danau Toba ditolak GGN UNESCO pasca penilaian yang dilakukan oleh Asesor GGN.
Secara administratif Danau Toba dilingkupi oleh 7 wilayah kabupaten yang mengelilinginya. Tentu keberadaan ini menjadi modal yang sangat penting dalam mengembangkan Danau Toba. Ironisnya ke 7 kabupaten yang mengelilingi Danau Toba ini dalam pengelolaannya selama ini belum terintegrasi dengan baik sehingga sinergitas pembangunan Danau Toba terkesan stagnan.
Masih menurut Kimberly, untuk mengatasi hal ini diperlukan 4 solusi dasar dalam Pengelolaan dan Pelestarian Danau Toba, yakni:
- Program pengelolaan bersifat bottom-up
- Program pengelolaan dalam bentuk Otorita
- Program pengelolaan fokus pada pengembangan pariwisata
- Program pengelolaan selaras dengan nilai-nilai sosial budaya masyarakat lokal
Program pengelolaan dan pelestarian Danau Toba selama ini umumnya masih bersifat Top Down sehingga masyarakat tidak merasakan dampak yang signifikan terhadap program tersebut. Salah satu upaya dalam rangka peningkatan partisipasi aktif masyarakat sekitar kawasan Danau Toba adalah pendekatan program Bottom Up, dimana masyarakat terlibat langsung mulai dari perencanaan program, implementasi dan pengawasannya.
Dengan sistem otorita, maka pengelolaan Danau Toba akan lebih efektif dalam implementasi program dan lebih efisien dalam soal pembiayaan, sebab program yang tumpang tindih dapat direduksi. Selain itu juga lebih menjamin pelaksanaan program secara terpadu dan berkelanjutan (sustainable and integrated programs) sebagaimana yang disyaratkan oleh jaringan taman dunia GGN.
Dan pengembangan program juga harus selaras dengan nilai-nilai budaya lokal. Budaya masyarakat lokal yang sudah ada selama ini tentunya harus tetap dipertahankan sebagai bagian warisan dunia yang terbentuk sebagaiman kaldera geopark toba yang menjadi situs warisan geologi (geological heritage sites). Sebab budaya masyarakat lokal yang ada sekarang ini pasti dipengaruhi oleh proses dan geomorfologi kaldera geopark toba yang berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan alam untuk mempertahankan hidupnya.
Kepada semua pihak marilah kita melakukan pembenahan secara menyuruh dan mendasar dan menyuusun rencana strategis dengan rencana aksi dan nyata agar Danau Toba diterima menjadi anggota jaringan taman dunia.